Pada akhir abad XX tampak gejala yang menunjukkan
perkembangan dan kemajuan berbagai aspek kehidupan manusia, sebagai makhluk sosial
dan makhluk budaya. Gejala itu terjadi karena pengaruh perkembangan
ilmu/pengetahuan dan tekhnologi yang sangat pesat, sebagai bagian dari
kebudayaannya yang bersifat dinamis. Manusia dengan akal/pikiran yang diberikan
Allah SWT tidak jemu-jemunya berusaha menggali dan mengungkapkan rahasia alam
sekitar dan rahasia dirinya sendiri,baik secara biologis/phisiologis maupun
psikis/spiritual dan sebagai makhluk social. Berbagai penemuan telah
dihasilkannya, dan diantaranya tidak sedikit yang bermanfaat bagi peningkatan
kualitas kehidupan manusia yang berfungsi pula sebagai usaha memakmurkan bumi.
Di samping itu ada pua hasilnya yang tidak bemanfaat, bahkan cenderung dapat
menimbulkan kerusakan dan merugikan kehidupan manusia.
Dari uraian singkat di atas berarti manusia
sendiri yang berkewajiban mengendalikan perkembangan dan kemauan
ilmu/pengetahuan dan tekhnologi, yang dibutuhkannya untuk meningkatkan kualitas
kehidupannya.
Dalam kondisi masyarakat yang semakin maju,
setiap umat islam terutama yang menjadi pemimpin umat, harus berusaha
meningkatkan kualitas dirinya. Usaha itu sangat penting karena bersamaan dengan
kemajuan ilmu/pengetahuan dan tekhnologi, semakin banyak manusia yang tersesat
dengan mendewakan akalnya dalam mengisi kehidupan. Kepemimpinan yang berkualitas sangat diperlukan oleh umat islam sebagai satu jamaah atau di dalam jamaah
masing-masing, agar mampu memainkan peranan aktif dan positif dalam memakmurkan
bumi. Dengan pemimpin yang berkualitas, diharapkan umat islam akan mampu
mewujudkan kejayaannya kembali sebagai masyarakat madani. Pemimpin-pemimpin dalam melaksanakan kepemimpinan yang berkualitas dengan kendali iman,
setiap gerak dan langkahnya selalu
didasarkan pada petunjuk dan tuntunaan Allah SWT.
Peningkatan kualitas kepemimpinan di lingkungan umat islam, pangkalnya terletak pada peningkatan iman yang
mendasari kehendak untuk berbuat amal kebaikan bagi orang lain. Pada giliran
berikutnya peningkatan kualitas kepemimpinan harus ditempuh melalui usaha mengembangkan kemampuan
berpikir, dengan tetap berada dalam kendali iman. Peningkatan kemampuan
berpikir itu secara langsung berpengaruh pada kemampuan menetapkan keputusan,
yang akan mewarnai kualitas kegiatan setiap orang yang dipimpin. Pada giliran
berikutnya, kemampuan berpikir yang meningkatkan kualitasnya, harus diiringi
dengan peningatan kemampuan mengkomunikasikannya, agar mampu mewarnai dan
mempengaruhi cara berpikir, bersikap, dan berperilaku orang-orang yang
dipimpin. Dengan demikian dapat diharapkan juga kualitas kehidupan akan
meningkat, karena setiap orang mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
sehari-hari. Dengan kata lain peningkatan kemampuan berpikir dan
mengkomunikasikan hasilnya berupa keputusan-keputusan, pada dasarnya berarti
juga mampu memecahkan masalah secara efektif dan bersifat aplikatif.
Kualitas kepemimpinan bagi orang-orang yang beriman, tidak cukup dengan
hanya memperluas wawasan yang berkenaan dengan ilmu dan tekhnologi yang
bersifat duniawiah, tetapi juga di bidang keagamaan.
Para pemimpin sepatutnya menyadari bahwa
usaha meningkatkan kualitas kepemimpinan, tidak ada titik akhirnya. Tidak seorang pun di dunia
ini yang mempunyai kepemimpinan sempurna, kecuali para Nabi dan Rasul
khususnya Rasulullah SAW, kapan pun dan di mana pun juga melalui interaksi
kemanusiaan, seorang pemimpin selalu dapat meningkatkan kualitasnya. Demikian pula setiap pemimpin dapat
meningkatkan kualitas kepemimpinannya, dengan memanfaatkan sarana yang ada di
sekitarnya, tanpa tergantung pada sarana yang dapat diadakan secara formal.
SUMBER: Hadari, Nawawi, 2001. Kepemimpinan
Menurut Islam. Gadjah Mada University Press: Yogyakarta.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar